Sabtu

BIJAK DENGAN PSIKOTEST

Suatu ketika di sebuah sekolah TK tempat anak saya bersekolah, diadakan psikotest (tes psikologi) untuk mengukur kecerdasan intelijen. Banyak ibu-ibu yang tertarik untuk mengikutkan anaknya dengan dalih ingin mengetahui sejauh mana kecerdasan anaknya. Walhasil, ibu-ibu tersebut “memaksa” anaknya untuk mengikuti tes yang dilakukan secara classical.

       Beberapa hari kemudian, hasil tes dibagikan ke seluruh wali murid. Nampak beberapa ibu kecewa dengan hasil yang diperoleh anaknya setelah membandingkan dengan yang lain. Muncul berbagai penilaian, anaknya tidak pandai, bodoh, tesnya tidak valid dll. Ada juga yang bangga bahkan terkesan sombong dengan angka IQ anaknya yang dibilang diatas rata-rata (superior).

        Berawal dari sinilah pada beberapa kasus akhirnya timbul konflik antara ibu dan anak, karena kurangnya pemahaman terhadap hasil tes tersebut. Sehingga, follow up yang sering terjadi adalah memberikan beban belajar yang berat kepada anak yang masih dalam masa bermain ini. Pelajaran tambahan (les) seringkali menjadi menu wajib sehari-hari untuk anak-anak tersebut.

        Realita seperti ini umum terjadi dikalangan masyarakat kita, khususnya orang-orang yang awam terhadap segala jenis psikotest. Hasil psikotest masih dianggap sebagai harga mati dalam menentukan beberapa aspek penilaian seseorang. Bahkan dianggap sebagai momok, yang memiliki pengaruh besar dalam menentukan keberuntungan seseorang. Sehingga, berburu soal-soal psikotest menjadi pemandangan yang biasa terjadi setiap kali seseorang mencari pekerjaan. Padahal, bukan demikian seharusnya kita menyikapinya, karena justru hal tersebut akan mengungkung pikiran dan persepsi kita terhadap masa depan.

MENGENAL PSIKOTEST

           Psikotest dikenal juga sebagai tes psikologi merupakan tes untuk mengukur aspek individu secara psikis. Tes psikologi dapat berbentuk tertulis, visual atau evaluasi secara verbal yang teradministrasi untuk mengukur fungsi kognitif dan emosional.

         Adapun tujuan dilakukannya tes psikologi adalah untuk mengukur berbagai kemungkinan atas bermacam kemampuan secara mental dan apa-apa yang mendukungnya, termasuk prestasi dan kemampuan, kepribadian, intelegensi, atau bahkan fungsi neurologis. Dengan kata lain tes psikologi ini berfungsi untuk mengungkap potensi-potensi yang ada dalam diri kita. Dari hasil tes akan dapat diketahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki seseorang dan informasi seperti ini akan sangat membantu dalam mengembangkan potensi-potensi positif dan mengarahkan potensi-potensi yang kurang baik.

        Nah, yang sering terjadi di masyarakat kita adalah melihat hasil akhir (angka) dari tes tersebut dan seringkali menghasilkan kesimpulan yang kadang tidak menguntungkan. Satu contoh kasus; hasil test menunjukkan skor IQ seorang anak 90, yang berarti average (rata-rata). Sementara anak yang lain memiliki skor IQ 120 yang berarti superior (diatas rata-rata). Apa yang disimpulkan oleh ibu-ibu mereka? Mereka menganggap anak yang memiliki skor IQ 120 lebih hebat, pandai dari anak yang skor IQ nya 90.

           Pemahaman demikian adalah salah. Dalam tes IQ terdapat beberapa aspek penilaian yang diukur yaitu seperti pemahaman, kemampuan verbal, memori, penalaran, perseptual, kemampuan spasial dan pemahaman angka. Dan masing-masing memiliki skor. Melihat hasil tes psikologi akan sangat baik apabila kita memperhatikan keseluruhan skor dari aspek-aspek penilaian tersebut sehingga interpretasi kita terhadap anak-anak kita lebih tepat.

        Kita akan mengetahui kelebihan anak kita, misal pada kemampuan verbalnya, penalarannya sangat menonjol maupun kekurangannya. Jadi skor yang kita terima sebagai angka kecerdasan bukanlah harga mati. Dengan demikian treatment yang kita berikan kepada anak tidak akan menyimpang. Anak tidak merasa terbebani tetapi justru kemampuannya akan lebih dapat ditampung dan diarahkan.

         Hal ini berlaku pula dalam kita memahami hasil tes psikologi yang mengungkap dan mengukur aspek yang lain (kepribadian, prestasi, bakat, kemampuan). Jangan kita terlalu fokus dan reaktif dengan suatu hasil yang terlihat negative, melainkan proaktif untuk mengembangkan sisi positif yang tersimpan dalam diri kita. Pemahaman dan penyikapan yang benar terhadap hasil psikotest justru sangat membantu kita dalam mengenali diri kita secara menyeluruh.

TIDAK ADA YANG ABADI

          Hidup dan kehidupan merupakan dua hal yang identik dengan perubahan. Dan waktu adalah penentu terjadinya perubahan tersebut. Manusia adalah makhluk yang mengalami perubahan baik secara fisik, akal maupun mental. Pengaruh genitas, nutrisi, lingkungan berperan sangat besar dalam mengubah seseorang.

          Kisah nyata seorang anak bernama Jennifer lahir pada September 1984 dalam keadaan yang tidak lazim, tanpa ekspresi dan respon-responnya lambat. Dokter memvonis Jennifer menderita down syndrome (keterbelakangan mental). Bahkan dalam usianya 2 bulan ia hampir mengalami kebutaan, tuli dan keterbelakangan mental yang parah. Apa yang dilakukan ibunya? Ibunya melakukan terapi kepada anaknya agar otaknya memperoleh rangsangan dengan membacakan sebelas buku setiap hari kepada bayinya tersebut. Muncullah sebuah keajaiban, pada usia 4 tahun dilakukan pengukuran IQ. Subhanallah hasilnya menakjubkan, IQ nya 111.

          Apa yang bisa kita simpulkan? IQ bukanlah angka yang tetap, ia akan berubah sebanding dengan berkembangnya fungsi otak manusia. IQ berbeda dengan intelegensia, IQ adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.

             Sementara Intelegensia adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.

         Berbicara inteligensia tidak terlepas dari aktifitas otak, semakin maksimal fungsi-fungsi otak kita, kecerdasan juga semakin meningkat. Oleh sebab itu memperhatikan asupan otak sangat berarti utk meningkatkan kemampuan otak, baik melalui nutrisi maupun rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif maupun emosional.

Sumber :
http://www.anandyah.com/

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Saya sangat setuju....